TIMES PONOROGO, KEDIRI – Kenaikan harga telur belakangan, mulai dari harga Rp23 ribu- Rp25 ribu menjadi sekitar Rp30an ribu bukan lantas peternak meraup keuntungan. Pasalnya harga pakan juga masih mengalami kenaikan. 

"Teman-teman peternak ini sangat kesulitan dengan kenaikan harga pakan. BEP-nya teman-teman ini sebetulnya tidak begitu besar sebetulnya. Kalau untung tetap untung tapi tidak sebanding dengan kenaikan harga pakan yang terus terjadi," tutur Plt Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Kediri Tutik Purwaningsih, Minggu, (04/09/2022). 

Kenaikan harga telur, menurut Tutik cukup dilematis mengingat di saat bersamaan para pelaku UKM (usaha kecil menengah) juga tengah berjuang untuk pulih setelah dua tahun terakhir merunduk karena pandemi. Untuk meringankan beban, para pegiat UKM bisa langsung membeli telur di kandang. 

"Kami mengupayakan teman-teman UKM kalau misalkan cari telur bisa langsung ke peternak, jangan ke pasar. Kalau ke pasar kan sudah mahal. Langsung ke peternak nanti pakai harga kandang. Juga bisa membeli telur bentes (telur baru yang sedikit pecah). Telur ini tidak laku di luar, kemudian dijual temen-temen peternak murah. Untuk pelaku usaha saya arahkan ke sana. Dan telur ini tidak busuk, masih yang fresh. Jadi sama-sama peternak juga ada untung, teman-teman UKM  tidak terlalu beban dengan kenaikan telur," tambah Tutik lagi. 

Ia juga menegaskan pasar tidak akan terganggu ketika UKM lebih memilih membeli di kandang. Hal itu dikarenakan para peternak sudah memiliki pasar tersendiri. 

"Peternak itu sudah punya pasar, mereka tentunya sudah bisa menganalisa kalau dibeli UMKM kapasitas saya berapa? Itu mereka sudah punya hitungan. Karena mereka tidak mau kehilangan pasar yang awal. Misalkan biasanya stok keluar satu ton, ini masih ada lima ratus kilo. Itu yang diberikan ke teman-teman UKM, " tambahnya lagi. 

Beberapa hari terakhir sendiri di Kabupaten Kediri harga telur juga mulai sedikit bergerak turun. Sempat menembus angka Rp 32 ribu, pelan-pelan harga turun ke Rp 29 ribu. (*)