TIMES PONOROGO, JAKARTA – Kementerian Pertahanan melalui Direktorat Kesehatan Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan (Ditkes Ditjen Kuathan) sukses menjadi tuan rumah sekaligus co-chair bersama Amerika Serikat dalam rangkaian pertemuan ke-21 ASEAN Defence Ministers’ Meeting Plus Experts’ Working Group on Military Medicine (ADMM-Plus EWG on MM).
Rangkaian kegiatan yang berlangsung pada 14–17 Oktober 2025 di Jakarta ini meliputi Initial Planning Conference (IPC) dan Military Medicine Conference. Kegiatan tersebut dihadiri oleh delegasi negara-negara anggota ASEAN dan mitra ADMM-Plus.
Pertemuan dibuka secara resmi oleh Marsma TNI Mukti Arja Berlian selaku Direktur Kesehatan Ditjen Kuathan Kemhan. Ia turut menyambut kehadiran Commanding General 18th Medical Command dari Amerika Serikat, Mayor Jenderal Darin Cox.
Dalam sambutannya, Marsma Mukti menegaskan komitmen Indonesia untuk memperkuat kolaborasi regional dalam menghadapi tantangan kesehatan dan keamanan global, termasuk penanganan pandemi, meningkatnya risiko bencana alam, serta dinamika konflik internasional. Ia juga mengapresiasi dukungan Amerika Serikat dalam kemitraan co-chairmanship EWG on MM periode 2024–2027.
Salah satu agenda penting yang dibahas adalah persiapan Field Training Exercise (FTX) yang akan digelar di Banten pada tahun mendatang. Latihan ini menjadi sejarah baru bagi ADMM-Plus karena untuk pertama kalinya menggabungkan tiga kelompok kerja sekaligus: Humanitarian Assistance and Disaster Relief (HADR), Military Medicine, dan Cyber Security. Pendekatan terpadu ini dinilai sebagai langkah maju menuju efisiensi dan sinergi lintas sektor dalam menghadapi krisis multidimensi.
Dalam sesi IPC, para delegasi membahas rancangan skenario FTX, rincian Planning and Concept of Multinational Deployment (PCMD/MAP), serta peran EWG on MM dalam pelaksanaan latihan tersebut. Diskusi ini menjadi pondasi penting bagi penyusunan kerangka operasional dan teknis kegiatan di lapangan.
Selain itu, agenda strategis lainnya mencakup pemutakhiran rencana kerja EWG on Military Medicine oleh Kolonel Arm. Aziz Mahmudi (Indonesia) bersama delegasi Amerika Serikat, paparan dari Australia tentang pengalaman mereka selama menjadi co-chair EWG on MM periode 2021–2023, serta pembaruan program ASEAN Centre of Military Medicine (ACMM).
Negara-negara peserta juga berbagi pengalaman terkait penerimaan dan pemberian bantuan medis internasional, termasuk pengelolaan Emergency Medical Team (EMT). Dalam sesi ini, Indonesia, Australia, Jepang, Filipina, Singapura, Vietnam, dan Amerika Serikat memberikan kontribusi pemikiran.
Kementerian Kesehatan RI turut memaparkan materi tentang kredensial EMT, sementara Kementerian Keuangan RI menjelaskan mekanisme Customs, Immigration, and Quarantine (CIQ) yang menjadi kunci dalam kelancaran penyaluran bantuan lintas negara.
Rangkaian kegiatan ditutup dengan Military Medicine Conference yang menghadirkan tiga pembicara utama: perwakilan WHO Indonesia yang menyoroti peran EMT dalam respons darurat, delegasi Inggris yang membahas modernisasi sistem kedokteran militer Inggris di kawasan Asia Tenggara, serta Mayjen TNI Achmad Jadi Didy Surachman dari Universitas Pertahanan RI yang menyoroti kesiapan EMT nasional.
Marsma Mukti menegaskan bahwa unit medis militer memiliki peran krusial dalam sistem tanggap darurat yang terintegrasi dan perlu terus diperkuat melalui kerja sama antarnegara. Ia berharap hasil pertemuan ini dapat menjadi pijakan strategis dalam membangun peta jalan pengembangan kedokteran militer ASEAN di masa depan.
Dengan semangat kebersamaan dan kesiapsiagaan kolektif, Indonesia bersama negara-negara mitra ADMM-Plus bertekad menyukseskan latihan puncak tahun 2026 yang akan menjadi tonggak penting integrasi antara respons medis, kemanusiaan, dan keamanan siber di kawasan Asia Tenggara. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Indonesia dan AS Pimpin Pertemuan Kedokteran Militer ASEAN-Plus di Jakarta
Pewarta | : Rochmat Shobirin |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |