TIMES PONOROGO, PONOROGO – Hotel Maesa Ponorogo kembali menjadi panggung budaya yang inspiratif melalui penyelenggaraan Ponorogo Batik Festival 2025, kolaborasi strategis antara Maesa Hotel dan Fashion Design Business Universitas Ciputra Surabaya, serta dukungan dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo.
Dengan mengusung tema “Harmoni Tradisi dan Budaya”, festival ini menghadirkan inovasi batik khas Ponorogo dalam balutan kontemporer, sekaligus memajukan ekosistem ekonomi kreatif daerah.
Festival ini dibuka dengan semarak melalui pertunjukan Tari Jathilan, sebuah simbolisasi energi budaya khas Ponorogo.
Acara dihadiri tokoh-tokoh kunci yang menggambarkan kolaborasi lintas sektor, Aan Wildan Ahsani (Direktur Maesa Hotel), Bobby Wibowo (CEO Maesa Group), dan Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, Fabio (Universitas Ciputra Surabaya), Robby (Universitas Muhammdiyah Ponorogo), Widodo (Batik Shaka), Eko Mulyadi (Batik Ciprat), Christin (Batik Lesoeng), Rhime (LS Model).
Direktur Maesa Hotel Ponorogo Aan Wildan Ahsani menyampaikan bahwa, "Ponorogo Batik Festival 2025” bukan sekadar pertunjukan budaya, tetapi bentuk nyata komitmen kami dalam membangun ruang kolaboratif yang menghubungkan pelaku UMKM, seniman, komunitas kreatif, dan pemangku kebijakan dalam satu ekosistem bersama.
"Kami ingin Maesa Hotel hadir sebagai titik temu antara tradisi dan inovasi," ucapnya Senin (30/6/2025).
Sementara CEO Maesa Grub Bobby Wibowo menegaskan, visi jangka panjang Maesa Group. "Maesa Hotel berkomitmen untuk menjadi lebih dari sekadar tempat menginap. Kami ingin menjadi rumah besar bagi kegiatan budaya, ekonomi kreatif, dan pembangunan berkelanjutan. Dan kegiatan hari ini merupakan bukti nyata dari komitmen tersebut," katanya.
Sementara itu Bupati Sugiri Sancoko memberikan pesan yang kuat dan penuh semangat Untuk Acara Ponorogo Batik Festival 2025. Menurutnya Ponorogo memiliki warisan budaya yang luar biasa, dan batik adalah salah satu manifestasi dari kearifan lokal kita yang harus kita jaga dan kembangkan.
"Saya sangat mengapresiasi Maesa Hotel dan seluruh pihak yang telah menginisiasi festival ini. Kegiatan seperti ini tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga membuka ruang ekonomi baru bagi para pengrajin, pelaku UMKM, dan generasi muda kreatif. Mari kita jadikan batik Ponorogo sebagai kebanggaan bersama yang tak hanya dipakai di hari tertentu, tetapi menjadi identitas keseharian kita," ujarnya.
Lebih lanjut orang nomor satu di Pemkab Ponorogo ini, siap mendukung gerakan seperti ini agar menjadi gerakan berkelanjutan dan berdampak luas.
Fashion Show Batik Ponorogo menampilkan hasil karya dari mahasiswa Universitas Ciputra dan sanggar batik lokal Ponorogo, para model dari LS Model memamerkan batik yang dikemas dalam gaya modern namun tetap sarat filosofi kultural. Para finalis Putera-Puteri Batik Ponorogo 2025 turut memperkuat suasana elegan di atas panggung.
Workshop Membatik dan Talkshow Inspiratif
Workshop membatik dipandu oleh perwakila pengrajin batik (Shaka Batik ), mengajak generasi muda mengenal motif khas Ponorogo. Talkshow mengangkat strategi branding batik lokal agar bisa menembus pasar internasional, menghadirkan akademisi dan praktisi desain fashion dari Universitas Ciputra Surabaya.
Beragam produk batik dan kerajinan ekonomi kreatif lokal turut meramaikan festival ini. Bahkan pengunjung dari luar negeri terlihat antusias berbelanja langsung dari para perajin di booth pameran seperti Batik Neotral, Batik Lesoeng, Batik Ciprat, Batik Lanang Wadon, Batik Shaka, SiGUN Batik, Batik Kalimasada.
Antusiasme pengunjung yang hadir sejak pagi hingga malam, Akademisi termasuk mahasiswa, pengrajin batik, komunitas fashion, wisatawan, dan mitra kerja. Para pengunjung juga menikmati sesi networking dan diskusi santai bersama para stakeholder kreatif di ruang diskusi informal Maesa Hotel. Galeri batik artistik juga menjadi daya tarik tersendiri dalam area pameran visual.
Salah satu momen istimewa adalah ketika CEO Maesa Group Bobby Wibowo, secara simbolis menuliskan kata “Ponorogo Batik Festival” di kanvas sebagai bentuk komitmen terhadap pelestarian budaya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Ponorogo Batik Festival 2025, Menghidupkan Tradisi dan Menyongsong Globalisasi Batik Lokal
Pewarta | : M. Marhaban |
Editor | : Deasy Mayasari |