TIMES PONOROGO, PONOROGO – Suara tawa riang dan decak kagum bersahutan memenuhi ruang edukasi Reog Gemstone 2025. Seratus pasang mata siswa SMA1 dan SMK1 Jenangan Ponorogo itu berbinar, mengamati dengan takjub setiap contoh bangunan dari batu pilihan yang disebutkan oleh Ketua Pusat Studi Peradaban Universitas Brawijaya (PSP UB) Prof. Moh. Fadli.
Di tangan profesor itu, sebuah batu akik Ponorogo seakan bercerita tentang warisan peradaban yang hampir terlupakan. "Itu bukan sekadar batu," ujar Prof. Fadli dengan suara yang menggelegar penuh semangat.
"Setiap guratan dan warnanya menyimpan cerita peradaban, sama seperti Borobudur yang berdiri megah selama ribuan tahun," imbuhnya.
Dari Kelas ke Peradaban Dunia
Acara yang digelar pada hari kedua Reog Gemstone 2025 Ponorogo pada 13 September 2025 ini bukan sekadar penyuluhan biasa. Ini adalah petualangan intelektual yang membawa para siswa menjelajahi zaman keemasan peradaban dunia melalui lensa batu mulia.
Prof. Fadli, dengan gaya bercerita yang memukau, membawa mereka berkeliling dunia: dari piramida Mesir yang dibangun dengan presisi batu yang sempurna, hingga kemegahan Candi Borobudur yang menjadi kebanggaan Indonesia.
"Tahukah kalian," tanya Prof. Fadli dengan senyum mengembang, "nenek moyang kita sudah ahli memilih batu andesit terbaik untuk membangun candi yang bertahan ribuan tahun? Ilmu itu harusnya juga ada di genggaman kalian"
Ketua Pusat Studi Peradaban Universitas Brawijaya (PSP UB) Prof Moh Fadli foto bersama dengan guru pendamping SMA1 dan SMK1 Jenangan Ponorogo saat acara Reog Gemstone 2025 di eks Pasar Lanang di Kabupaten Ponorogo, 13 September 2025 (FOTO: PSP UB for Times Indonesia)
Semangat yang Tak Padam
Yang membuat panitia terharu, tidak satu pun peserta yang meninggalkan ruangan sebelum acara benar-benar usai. Padahal, sesi berlangsung selama hampir tiga jam. Bahkan ketika waktu sudah menunjukkan sore, semangat mereka tetap menyala seperti kristal-kristal batu mulia yang dipamerkan.
"Biasanya kalau acara sekolah sampai sore, pada ngantuk dan mau pulang," celetuk seorang guru pendamping sambil tersenyum. "Tapi hari ini, mereka malah mau terus belajar. Luar biasa!"
Untuk menjaga semangat itu, penceramah menyelipkan kuis interaktif dengan hadiah spesial. Rachmat Zakaria yang juga ikut memberikan edukasi, menyediakan hadiah spesial. Sorak-sorai kegembiraan pecah setiap kali nama pemenang diumumkan. Bukan hadiahnya yang mereka incar, tapi kebanggaan bisa menjawab pertanyaan. Sebagai bentuk apresiasi, semua guru pendamping juga mendapatkan kenang-kenangan dari Pak Rachmat Zakaria.
Investasi untuk Masa Depan
Di balik keceriaan itu, ada tujuan yang lebih besar. Acara ini adalah investasi berharga untuk mencetak generasi baru yang tidak hanya mengenal batu akik sebagai komoditas, tetapi sebagai warisan budaya yang penuh makna.
Para siswa tidak hanya diajari tentang jenis-jenis batu, tetapi juga diajak memahami nilai seni, proses kreatif, dan cerita di balik setiap batunya oleh Pak Rachmat Zakaria. Mereka belajar bahwa batu akik Ponorogo bukan sekadar hiasan, tapi bagian dari identitas budaya yang perlu dilestarikan.
Sebuah Harapan Baru
Ketika acara berakhir, wajah-wajah bahagia itu masih tetap tinggal. Beberapa siswa bahkan mengerumuni pembicara, ingin bertanya lebih banyak tentang rahasia di balik keindahan batu Ponorogo.
Sore itu, di antara gemerlap batu mulia, lahir harapan baru untuk masa depan industri batu akik Ponorogo. Lima puluh siswa itu pulang bukan hanya dengan pengetahuan baru, tapi dengan api semangat yang mungkin suatu hari nanti akan meneruskan warisan leluhur mereka yang hampir punah.
Seperti kata Prof. Fadli kepada mereka: "Kalian adalah penerus yang akan menulis babak baru kejayaan batu Ponorogo. Setiap batu yang kalian pegang hari ini bukan sekadar mineral, tapi warisan yang menunggu untuk dikisahkan kembali kepada dunia."
Prof Fadli menegaskan, edukasi ini adalah investasi jangka panjang dari kolaborasi antara komunitas, akademisi, dan dunia pendidikan.
Tujuannya jelas: menciptakan bibit-bibit baru yang tidak hanya menjadi perajin andal, tetapi juga ahli gemologi yang memahami nilai sejarah, seni, dan ilmu di balik setiap batu akik Ponorogo.
Prof Fadli sangat berharap langkah ini dapat menjamin keberlanjutan dan mengembalikan kejayaan Ponorogo sebagai pusat batu mulia nasional. Tidak hanya untuk hari ini, tetapi untuk puluhan tahun ke depan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Edukasi Sejak Dini: Kunci Regenerasi dan Masa Depan Gemilang Batu Akik Ponorogo
Pewarta | : Faizal R Arief |
Editor | : Faizal R Arief |